Kabag TU : Dosen PAI Mitra Strategis Penguatan Moderasi Beragama

Kabag TU Kemenag Jabar, Drs. H. Mohammad Ali Abdul Latief, M.Ag menjadi narasumber dalam Workshop Pengembangan Nilai-Nilai Moderasi Beragama dalam Pembelajaran PAI Berbasis Project Based Learning di Yayasan Al Kautsar Lembang pada Kamis (29/12).

BANDUNG (pelitaindo.news) – Program Penguatan Moderasi Beragama terus bergulir, Kepala Bagian Tata Usaha, Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat, Drs. H. Mohammad Ali Abdul Latief, M.Ag menjadi narasumber dalam Workshop Pengembangan Nilai-Nilai Moderasi Beragama dalam Pembelajaran PAI Berbasis Project Based Learning di Yayasan Al Kautsar Lembang pada Kamis (29/12).

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Wilayah Asosiasi Dosen Pendidikan Agama Islam Indonesia Jawa Barat. Hadir sebagai peserta adalah para dosen PAI dari berbagai Perguruan Tinggi di Jawa Barat.

Penguatan Moderasi Beragama Kementerian Agama tercermin dalam Visi dan Misi Kementerian Agama Tahun 2022-2024. Visi 2020-2024 adalah menggapai Kementerian Agama yang profesional dan andal dalam membangun masyarakat yang saleh, moderat, cerdas, dan unggul untuk mewujudkan Indonesia yang maju, berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berdasarkan gotong-royong.

“Visi dan misi inilah yang menjadi kerangka besar Program Penguatan Moderasi Beragama di Kementerian Agama. Semua personil yang ada dalam lingkup Kementerian Agama adalah bagian yang harus mewujudkan cita-cita ini,” ujarnya.

Kabag TU mengatakan bahwa para dosen PAI dapat menjadi mitra strategis dalam pengarusutamaan Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi. Para Dosen dapat membuat serangkaian program aksi yang metodenya disesuaikan dengan objek sasaran yang dihadapi. Program Penguatan Moderasi Beragama yang dilaksanakan di Kampus tentunya harus memperhatikan beragam karakteristik yang melekat pada segenap civitas Kampus.

Dosen PAI mempunyai peran strategis. Ia berharap agar kedepannya perlu meningkatkan kapasitas moderasi beragama dengan melibatkan isu-isu seputar cyber legion moderasi beragama. Generasi muda termasuk kelompok yang paling rentan terhadap pengaruh radikalisme dan esktremisme. Riset Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat menunjukkan bahwa anak muda adalah sasaran utama penyebaran paham radikal melalui institusi pendidikan.

“Kita kenal ada generasi baby boomber, generasi X, generasi milenial, dan sekarang masuk pada generasi Z. Setiap generasi memiliki trennya sendiri-sendiri. Program aksi penguatan Moderasi Beragama di sekolah harus punya inovasi agar pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh masing-masing generasi tersebut,” jelas Ali.

Workshop diakhiri dengan diskusi bersama para Dosen mengenai Moderasi Beragama. (Kontributor : Shinta)