Selepas orang orang yang berpuasa menikmati makan sahur tepatnya pagi Kamis Wage, 17 Ramadlan 1445 H bertepatan dengan 28 Maret 2024, penulis membuka WA grup alumni MTs As Assalafiyah Sitanggal Kec Larangan Kab Brebes. Tidak biasanya tiba tiba tangan langsung ingin membuka, ternyata ada berita duka, KH Fahruri, Sang Guru Fiqih saat penulis mengais ilmu di MTs As Salafiyah telah wafat dalam usia 75 tahun.
Saat wafat Beliau masih menjabat sebagai Wakil Rois Syuriyah. Hal tersebut sesuai dengan kapasitas Beliau yang alim dibidang fiqih. Lebih dari itu separoh hidupnya dengan pengabdian di MTs As Salafiyah sampai purna Beliau istiqomah ngajar fiqih. Beliau purna dari pengabdian dari MTs saat sudah sepuh kurang lebih pada usia 67 tahun. Hal tersebut karena penyakit pengapuran pada tulang di kakinya memaksa Beliau harus istirahat di rumah.
Kompetensi dibidang Fiqih tidak diragukan lagi dibuktikan saat menerangkan mapel Fiqih begitu gamblang dan mudah difaham oleh murid muridnya. Di hadapan siswa MTs saat mengajar Beliau tegas dengan suara yang khas lantang, sehingga di ruang kelas tidak ada yang mengantuk. Di luar kelas Beliau sangat akrab dengan siswa-siswi sehingga terkenang oleh hampir seluruh siswa-siswi MTs As Salafiyah Sitanggal. Penulis termasuk yang senang belajar Fiqih saat itu. Teringat untuk memperkaya pengetahuan Fiqih, penulis membeli buku dari beberapa penerbit (Wicaksana,Toha Putra). Itulah kecintaan penulis kepada Ilmu Fiqih saat dulu di MTs.
Sebagai guru Mapel Fiqih, KH Fahruri adalah guru yang berpegang teguh kepada aturan normatif yuridis dalam bertindak dan bersikap. Beliau menjadi rujukan masyarakat desa Siandong Kec Larangan dalam persoalan keagamaan termasuk tentang kemasyarakatan terkait dengan hukum Fiqih.
Untuk menambah pengetahuan Fiqih Beliau juga sering sowan kepada Al Magfurlah KH Sihabudin Tahmid (santrinya Mbah Hasyim Asy’ari di Jagalempeni ) konsultasi tentang hukum Fiqih. Saat sowan dengan suasana keakraban penuh dengan bahasan tentang hukum Fiqih. KH Sihabudin memang terkenal dengan alim Fiqih yang menjadi rujukan hukum Fiqih di Kab Brebes. Dalam beberapa pengajian di wilayah Siandong, kalau yang ceramah KH Sihabudin, dipastikan KH Fahruri hadir ikut ngaji.
Menurut penuturan Istrinya, Beliau lebih seneng dengan pengajian yang betul murni kajian keilmuan. Tidak seperti saat sekarang yang sebagian besar pengajian didominasi oleh mubaligh yang membuat pengunjung tertawa. Jarang mubaligh yang memaparkan hukum hukum Fiqih seperti halnya KH Sihabudin Tahmid.
Lebih dari itu Beliau juga membuka majelis ta’lim dengan kajian Tafsir. Hal tersebut dibuktikan saat Penulis melihat koleksi kitab kitab yang tersimpan di ruang depan. Koleksi kitab tafsir lumayan banyak hampir seimbang dengan kitab Fiqih. Mulai kitab Tafsir Jalailain sampai tafsir yang berjilid 10 dengan sampul yang sudah lama, menjadi peninggalan Beliau.
Sebagai alumni Pondok Pesantren Tebuireng KH Fahruri disamping secara geneologis keilmuannya bersambung dengan KH Hasyim Asyari sanad ke -NU-an juga mutasil dengan Pendiri NU. Itulah yang menyebabkan sepulang dari Pondok Pesantren Tebuireng langsung aktif bergabung bersama dengan PC GP Ansor Kab Brebes. Menurut penuturan Istri Beliau Hj Samroh, KH Fahruri saat masih muda aktip dengan kegiatan Ansor tingkat Kabupaten Brebes Beliaulah yang memimpin saat mengumandangkan mars Ansor. Masih terngiang dibenak sang Istri saat bersama sama berangkat pada kegiatan Ansor Kab Brebes di kediaman KH Mansur Tarsudi (saat ini sebagai Mustasyar PCNU Brebes), KH Fahruri tampil di depan memimpin Mars GP Ansor.
Saat penulis takziyah bersama kawan alumni satu angkatan, Istri dan keponakan Beliau, Ali Asnawi menuturkan beberapa kisah Beliau saat masih hidup. Kami bertiga juga sempat bercerita saat KH Fahruri mengajar di MTs As Salafiyah Sitanggal. Selamat jalan Guru Fiqih yang tegas dan penuh kasih sayang dengan siswa siswinya. Al Fatihah. (*)
Penulis: Akhmad Sururi (Sekretaris MWCNU Wanasari)