Modusinvestigasi.Online, Semenjak pandemi datang, PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) sudah merupakan suatu kegiatan belajar rutin yang dijalani oleh mahasiswa/mahasiswi.
Alhasil, selama sekitar setahun ini, banyak mahasiswa yang memberikan tanggapan menganai kegiatan ini. Berbagai pro dan kontra jelas pasti ada.
Seperti salah satu Mahasiswi di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Sinta (21), menanggapi tentang kegiatan ini dengan melihat sisi baiknya. Penggunaan teknologi memang harus bisa mempermudah kegiatan pembelajaran. Jadi, dengan kata lain, PJJ dapat dijadikan alternatif metode pendidikan yang baik pada zaman modern.
“Pokoknya kalau memang harus masih menjalankan kegiatan pjj ini di tahun sekarang, sebenernya masih setuju aja, karena kan bisa membuat kita belajar teknologi, bukan cuman tentang materi [pelajaran]. Terus juga kalau bukan karena kegiatan PJJ biasanya kan susah tuh buat mendapatkan waktu belajar teknologi gitu,”ujarnya.
Jika melihat dari segi kebaikan yang didapat, adanya kegiatan ini memang relevan, karena memang teknologi semakin canggih dan anak Indonesia pun harus bisa memanfaatkannya. Bukan hanya mengadalkan alat manual saja, dengan adanya kegiatan ini, ke depannya akan membuat siswa mengerti tentang penggunaan teknologi.
Namun jelas semua tidak melihat pada sisi baiknya, seperti yang di ungkapkan oleh Willy (19) Mahasiswa Unpar Bandung.
“Sebenernya kalau lihat sisi baiknya ya tentu ada, cuman sisi tidak baiknya juga jelas banyak, soalnya kegiatan PJJ ini, mengharuskan semua orang punya laptop, handphone, yang di mana semua orang itu engga berkecukupan semua, belum lagi banyak ngabisin kuota dan itu perlu pengeluaran yang besar,” ujarnya kepada Modusinvestigasi.Online, Sabtu 23 Juli 2021.
Dengan keadaan seperti ini, menurut Ade, untuk menstabilkan kondisi ekonomi pun sudah dirasa sangat sulit, apalagi harus mengeluarkan uang untuk keperluan dari PJJ. Belum lagi, pengeluaran yang sudah besar itu belum tentu menghasilkan ilmu yang memuaskan.
“Iya pokoknyatuh kalau kegiatan ini emang bakalan dipertahankan, bisa ngebuat rugi gitu karena penjelasan juga dirasa monoton, belum lagi interaksi antara pengajar dan mahasiswa itu tidak ada, jadi banyak juga yang jenuh dengan kegiatan seperti ini jika di lakukan secara terus menerus,” pungkas Willy.
(Vhe/MI)