Khofifah Indar Parawansa Cawapres Potensial

Khofifah Indar Parawansa lahir pada 19 Mei 1965 saat tengah ini menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur sejak 13 Februari 2019. Khofifah telah malang melintang di dunia politik, pasalnya saat usia ia 27 tahun ia sudah aktif menjadi kader PPP. Khofifah merupakan salah satu politisi yang sudah aktif selama 30 tahun di kancah perpolitikan Indonesia. Sejumlah jabatan dari Gubernur, Ketua Komisi DPR, hingga Menteri sudah pernah dirasakan oleh Khofifah.

Khofifah juga dikenal sebagai salah satu Tokoh Perempuan NU yang berpengaruh di masa saat ini. Khofifah menceritakan awal mula perjalanan kisahnya hingga mencapai ke titik sekarang telah menjelajahi beberapa tempat di luar pulau Jawa.

Dari situ ia belajar bahwa memang Indonesia yang sangat besar ini memiliki beberapa karakteristik yang beragam dan dari situ ia mengerti tentang semboyan Bhineka Tunggal Ika.

“Beberapa kisah perjalanan yang saya jalani, saya bersapa dengan masyarakat di Papua, NTT, dan daerah yang berbatasan dengan Timor leste. Saya mendapat informasi bahwa mereka butuh sesuatu tetapi tidak dapat mengakses berbagai program perlindungan sosial. Karena mereka tidak punya KTP,” kata Khofifah.

Seperti diketahui awal mula Khofifah dikenal publik ketika ia diangkat menjadi Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan oleh Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan kala itu ia pun menjadi Menteri Termuda di Kabinet Persatuan Nasional.

Setelah menjadi Menteri era Presiden Gus Dur, ia pun kemudian berhasil terpilih menjadi Anggota DPR RI pada Tahun 2004. Kala itu ia ditempatkan sebagai Ketua Komisi VII DPR yang membidangi energi dan pertambangan. Khofifah juga kala itu menjadi Ketua Fraksi PKB MPR RI.

Khofifah juga pernah menjadi Juru Bicara Presiden Jokowi pada tahun 2014 lalu dan mengantarkan Jokowi menang pada Capres 2014. Sebelum menjadi Gubernur Jatim ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Sosial pada Kabinet Presiden Jokowi di periode pertama. Khofifah juga menyatakan bila Gus Dur sangat berpengaruh dalam karirnya di dalam dunia politik. Ia menyebut banyak sekali belajar dari sosok Presiden RI ke-4 tersebut.

Ia juga menjelaskan bila semasa hidupnya Gus Dur senantiasa menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan, pluralisme, inklusivitas, dan toleransi. Nilai-nilai tersebut, kata dia, akan terus relevan dengan situasi dan kondisi di Indonesia yang majemuk dengan keberagaman agama, suku, bangsa, budaya, adat istiadat, dan budaya.

“Hingga saat ini belum ada yang setara bisa menggantikan sosok Gus Dur. Namun, semua pemikirannya, cara bertindaknya, dan cara bersikapnya dapat menjadi referensi dalam menyelesaikan berbagai persoalan bangsa,” ucapnya.

Penggemar Fanatik Persebaya

Alumnus Universitas Airlangga tersebut juga menuturkan bila ia juga memiliki hoby menonton bola. Ia menyebutkan terdapat dua klub bola favoritnya yakni Persebaya Surabaya dan Manchester United. Namun ia menyatakan tetap mencintai klub Kota kelahirannya, Persebaya. Bahkan ia cukup fanatik terhadap klub berjuluk Green Force tersebut. Bahkan Ia masih hafal dan mampu menyebutkan nama-nama pemain yang dulu pernah memperkuat Persebaya pada zamannya. “Ya Saya asli Suroboyo, yo tentu Persebaya,” tuturnya.

Khofifah juga punya kenangan tak terlupakan bersama almarhum suaminya, Indar Parawansa yang merupakan penggemar PSM Makassar. Ketika Persebaya bertemu PSM di final, keduanya harus menonton secara terpisah.

Ia bahkan sempat menjalin kesepakatan terlebih dahulu dengan almarhum suaminya untuk tidak saling bermusuhan meskipun beda klub yang didukung. “Dulu almarhum suami saya suka PSM, saya Persebaya, pada final antara tahun 1994/1995 saya agak lupa. Tapi sebelumnya kami buat kesepakatan untuk tidak saling bermusuhan kalau jagoan masing-masing menang,” ungkapnya.

Khofifah juga sangat mengapresiasi perubahan sikap suporter Persebaya sebagai salah satu suporter terbesar di Indonesia yang dinilai sudah sangat dewasa, sudah tidak lagi rasis.

Khofifah berjanji jika suatu saat nanti ketika ada waktu senggang ia akan menyempatkan diri untuk melihat jagoannya bertanding di Stadion Gelora Bung Tomo. “Persebaya sekarang sudah berubah, suporternya juga sudah berubah, sudah dewasa, kalau ada waktu saya pasti akan nonton di tribun,” ungkapnya.

Khofifah juga berharap agar Persebaya mampu mengukir prestasi dan kembali berjaya seperti dulu lagi di kancah persepakbolaan nasional. “Tentu saya berharap Persebaya bisa berjaya seperti dulu,semua suporter tentu selalu berdoa yang terbaik buat klub kesayangannya,” ucapnya.

Sementara itu, untuk Klub Luar Negeri ia mengaku merupakan fans dari Manchester United. Bahkan beberapa kali menginjakkan kaki di markas Setan Merah, Old Trafford. “Saya memang termasuk suka MU [Manchester United] dan saya ke Old Trafford beberapa kali,” imbuhnya.

Suara Jawa Timur

Seperti diketahui bila sebelum terpilih menjadi Gubernur Jatim pada Tahun 2018, Khofifah sudah mengikuti kontestasi pemilihan Gubernur sejak Tahun 2008. Pilgub tahun 2008 Khofifah berpasangan dengan Mudjiono seorang jenderal bintang satu dengan karir terakhir KASDAM V Brawijaya. Khofifah saat itu merupakan Anggota DPR RI.

Pada Tahun 2008, Khofifah dan Mudjiono dikalahkan oleh pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf. Pemilihan tersebut berlangsung selama tiga putaran dan diikuti oleh 5 pasangan. Namun, Khofifah saat itu kalah tipis dari Soekarwo dan sempat menggugat ke Mahkamah Konstitusi (MK). Gugatan tersebut dikabulkan MK dengan memerintahkan KPUD Jatim mengulang di Kabupaten Sampang dan Bangkalan. Namun, pada hasil akhir pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf tetap menang dari pasangan Khofifah-Mudjiono.

Pada Pilgub 2013, Khofifah kembali maju menjadi Cagub Jatim kali ini berpasangan dengan Herman Suryadi Sumawiredja, mantan Kapolda Jatim. Kali ini, ia kembali dikalahkan oleh pasangan Soekarwo dan Saifullah Yusuf dan suara keduanya kini agak berjarak jauh dibanding pada Tahun 2008.

Barulah pada Tahun 2018, Khofifah berhasil memenangkan Pilgub Jatim dan berpasangan dengan Mantan Bupati Trenggalek, Emil Dardak. Khofifah dan Emil mengalahkan pasangan Saifullah Yusuf dan Puti Guntur Soekarno pada Pilgub 2018 lalu.

Khofifah memaparkan meski sudah kalah dua kali dalam Pilgub 2008 dan 2013, ia tetap maju dalam Pilgub 2018 karena ia ingin mengabdi pada Provinsi Jawa Timur. Seperti diketahui Khofifah ini merupakan salah satu representasi perempuan dalam kancah perpolitikan Indonesia saat ini. Selain itu, Khofifah juga merupakan salah satu Kader NU bahkan memiliki peran yang strategis dalam organisasi Islam terbesar di nusantara tersebut.

Khofifah menyebut meski sudah dua kali kalah dalam Pilgub 2008 dan 2013, semangat untuk membangun daerah untuk mengabdi pada masyarakat Jatim. Salah satu misinya di Jawa Timur adalah membangun kualitas SDM yang unggul untuk Jawa Timur demi tingkatkan indeks pembangunan manusia.

“Peningkatan kualitas SDM adalah langkah awal yang harus dimiliki setiap komponen bangsa, termasuk di Jawa Timur kami terus berupaya meningkatkan indeks pembangunan manusia,” katanya. Ia juga menjelaskan bila stabilitas bangsa yang terus terjaga dapat diwujudkan jika ada kerukunan, persatuan dan persaudaraan diantara seluruh warga bangsa.

Gubernur Jatim itu menyebut bila multikultural di Indonesia adalah bagian dari kekayaan dan kekuatan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang harus terus dijaga dengan cara terus membumikan pentingnya harmoni.

“Membangun harmonisasi antar suku antar budaya antara tradisi antar agama, antar daerah sangat penting. Tapi, kalau tidak dipupuk, maka sangat mungkin di dalam proses menanam kalau disiram dia tumbuh subur kalau tidak disiram dia bisa kering bahkan dia juga bisa mati,” paparnya.

Selain itu, ia juga menegaskan dengan Indonesia yang luas ini lantas menekankan pentingnya toleransi antar sesama anak bangsa. Menurutnya, hal ini bukan soal besar kecilnya republik ini tapi ini soal pentingnya sinergitas antar sesama anak bangsa.

“Apa yang kita anggap kecil, belum tentu menjadi kecil pula dihadapan Allah. Sebaiknya apa yang kita anggap besar belum tentu bernilai tinggi,” urainya.

Cawapres Potensial

Kontestasi Pilpres 2024 tinggal menghitung bulan dan kini telah terkerucut menjadi tiga nama potensial untuk Capres. Mereka adalah Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto.

Setelah 3 nama capres tersebut tersebar ke publik, kali ini posisi cawapres menjadi posisi yang paling menentukan untuk dapat mengunci kemenangan di Pilpres tahun depan.

Diantara banyaknya nama figur cawapres, nama Khofifah Indar Parawarsa menjadi kandidat Cawapres paling potensial bila dibandingkan dengan nama lainnya.

Pasalnya, Khofifah dinilai mempunyai modal sosial yang besar, selain bisa memberikan garansi suara dari Jawa Timur. Khofifah merupakan figur perempuan yang juga merupakan kader NU.

Capres pertama yang tertarik untuk menjadikan Khofifah sebagai Cawapres adalah Anies Baswedan. Koalisi Persatuan Perubahan yang berisi Nasdem, PKS, dan Partai Demokrat menyebut bila Khofifah merupakan Cawapres Potensial yang bisa mendampingi Anies Baswedan.

Bahkan belakangan ini, nama Khofifah untuk menjadi pendamping Mantan Gubernur DKI itu di Pilpres 2024 semakin menguat. Menanggapi hal tersebut, Khofifah tidak mau menanggapi lebih jauh terkait namanya yang terus diisukan akan menjadi Cawapres dari koalisi Persatuan dan Perubahan.

“Sampun matur nuwun (sudah, terima kasih) sudah, sudah soal itu,” katanya. Khofifah menyatakan bila sampai saat ini ia tetap fokus bekerja sebagai Gubernur Jawa Timur, sehingga kini ia tidak terlalu memikirkan soal kemungkinan menjadi Cawapres.

“Sampai saat ini saya masih menjalankan mandat sebagai Gubernur Jawa Timur,” imbuhnya.

Khofifah juga membeberkan komunikasi yang terjalin selama ini dengan Anies Baswedan berjalan baik. Pasalnya baik Anies maupun Khofifah merupakan Gubernur dari dua Provinsi besar di Indonesia.

Ketika Anies menjadi Gubernur DKI, Khofifah menyebut bila Anies adalah Ketua Asosiasi Pemprov yang dikomandani oleh Mendagri. “Jadi di wa itu kita para Gubernur kan punya grup dan Pak Anies ini Ketua Asosiasi Pemprov ya jadi ada komunikasi,” bebernya. Namun Khofifah enggan memberikan tanggapan lebih jauh terkait detail komunikasi yang terjalin. Pasalnya saat ini ia masih bertugas menjadi Gubernur Jawa Timur.

Selain nama Anies, Khofifah juga sempat dikaitkan akan mendampingi capres lainnya yaitu Prabowo Subianto. Pada bulan puasa kemarin, diketahui bila Khofifah pernah bertemu dengan Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani. Bahkan sebelum bertemu Muzani, pada Februari kemarin Prabowo juga sempat bertemu Gubernur Jatim tersebut di Surabaya. Dalam pertemuan tersebut kala itu, Prabowo bahkan tidak ragu bila Khofifah adalah salah satu tokoh yang mempunyai kemampuan di tingkat negara dan bangsa. Namun sekali lagi ia menegaskan bila saat ini dirinya masih menjalani mandat sebagai Gubernur Jatim hingga akhir tahun 2023. “Ya saya sekarang masih menjalani mandat dari Masyarakat Jatim sebagai Gubernur,” tutupnya. (Red/Berbagai Sumber)