Modusinvestigasi.Online, Bogor – Gerakan Masyarakat Kota Bogor (GMKB) menyikapi soal dana bantuan dari provinsi Jawa Barat kepada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) senilai Rp20 miliar.
Menurutnya dana 20 M untuk membangun blok 1 gedung RSUD jelas tidak akan mencukupi.
“Kami sependapat dengan apa yg disampaikan Dirut RSUD bahwa dana tersebut hanya cukup untuk pondasi, hal ini berdasarkan konsultasi dengan tim pembuat Detail Engineering Design (DED) dana Rp20 miliar hanya dapat digunakan untuk membangun pondasi untuk 4 lantai,” kata Ketua Ketua GMKB, R. Ridho kepada modusinvestigasi.online, Senin (30/08/2021).
Menurut Ridho, Pemkot harus mencari dana lain untuk membangun blok gedung poliklinik dan IGD yang sudah puluhan tahun usianya. hal itu Dikarenakan RSUD sudah menjadi salah satu sandaran warga masyarakat terutama masyarakat tak mampu dalam mendapatkan layanan kesehatan.
“Kami yang sering berhubungan dengan RSUD melihat dengan nyata bagaimana setiap hari pasien membludak hal ini menggambarkan bahwa RSUD menjadi harapan masyarakat,” ucapnya.
“Kami juga menyesalkan kenapa dana PEN yang diterima pemkot Bogor tidak digunakan untuk membangun sarana kesehatan RSUD yg merupakan layanan hak dasar masyarakat sehingga kota Bogor memiliki rumah sakit daerah yang sangat lengkap dan menjadi kebanggaan masyarakat,” sesalnya.
Disatu sisi, lanjut Ridho, pemkot kenapa malah menggunakan dana PEN yang menurut informasi dari media 30 Milyar digunakan untuk pembangunan kawasan Suryakencana, kenapa tidak diutamakan untuk pembangunan gedung layanan poliklinik atau ruang IGD.
“Kami dari GMKB mendukung upaya RSUD untuk terus melakukan penataan rumah sakit yang modern sehingga bisa sejajar dengan rumah sakit swasta yg sudah unggul sehingga menjadi rumah sakit kebanggaan masyarakat kota Bogor,” ungkpanya.
Sebelumnya Direktur Utama RSUD Kota Bogor, dr Ilham Chaidir mengatakan pihaknya melalui Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor mengajukan anggaran sebesar Rp255 miliar.
“Jadi total anggaran Rp255 miliar yang diajukan, itu bisa dibuat bangunan super modern, tapi ternyata hanya di-ACC Rp20 miliar,” tukas Dr. Ilham.
(Vhe/MI)
