Beranda News Waspada Terhadap Serangga Hama Perusak Tanaman Bunga Hias Gladiol

Waspada Terhadap Serangga Hama Perusak Tanaman Bunga Hias Gladiol

OLEH :

DRS. MARTUA SUHUNAN SIANIPAR, MS, DR. TOTO SUNARTO, IR., MP, H. DR. TOHIDIN, IR, MP, STAFF DOSEN  JURUSAN HAMA  DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

Gladiol merupakan tanaman bunga hias semusim berbentuk herbal yang termasuk dalam family Iridaceae. Berasaal dari bahasa latin “Gladius” yang berarti pedang kecil yang tercermin dari bentuk daunnya yang sempit dan panjang. Berasa ldari Negara Afrika Selatan dan menyebar ke Asia sekitar 2000 tahun lalu.  Kelebihan dari bunga potong Gladiol adalah kesegarannya dapat bertahan lama sekitar  5 – 10 hari dan berbunga sepanjang tahun. Indonesia sebagai penghasil bunga potong, nilai ekspor bunga potong Gladiol masih minim, dimana tahun 1993 nilai ekspornya hanya mencapai 2.6 juta US Dollar dengan tingkat peluang ekspornya mencapai 120 milyar US Dollar. Tanaman Gladiol tumbuh baik pada suhu 10 – 250C dengan suhu maksimum untuk pertumbuhan Gladiol adalah 270C. Di Indonesia volume pemasaran bunga potong Gladiol terbatas hanya dikota kota besar yang mencapai 127.200 tangkai/ minggu. Salah satu kendala peningkatan produksi tanaman hias bunga potong ini terkendala antara lain oleh adanya gangguan oleh Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) baik penyakit maupun hama terutama serangga. Tentu untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan sebagai akibat adanya serangan OPT perlu dilakukan upaya pengendaliannya. Pengendalian OPT dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti cara preventif (pencegahan), Supresif (Penekanan) atau cara eradikasi (pemusnahan).

Berikut beberapa serangga hama yang sering ditemukan yang mampu menurunkan produksi  bunga potong Gladiol seperti  Thrips Gladiol (Taeniothrips simplex). Imago Hama ini menimbulkan kerusakan berat yang ditandai adanya bercak bercak berwarna keperak-perakan  pada permukaan daun, merusak jaringan daun/ bunga serta mengisap cairan yang keluar dari bagian tanaman dengan menggunakan alat mulutnya.  Serangan serangga ini sampai pada kondisi kritis  terjadi mulai diawal pembentukan bunga Gladiol. Stadia serangga muda (nimfa) berwarna kuning pucat juga menimbulkan kerusakan pada tanaman bunga Gladiol dengan bagian bunga dan kuncup tanaman Gladiol. Imago Thrips dewasa berbentuk ramping, pipih , berwarna coklat tua kehitam hitaman. Serangga hama berikutnya adalah Kutu putih (Pseudococcus sp.) Kutu ini ditemukan suka berkumpul pada bagian pucuk atau bakal akar dari subang/ umbi. Subang/ Umbi Gladiol diserang serangga hama ini bisa di tempat penyimpanan tapi juga dilapangan. Dengan alat mulutnya yang halus,panjang dan tajam ditusukkan ke dalam jaringan tanaman sehingga akar dan tunas gagal tumbuh. Kutu ini bersifat polipag.Disamping menyerang subang/ umbi kutu ini juga merusak tanaman dengan cara mengisap cairan tanaman dan mengeluarkan racun sehingga terjadi khloris daun, daun menjadi kerdil, daun yang muda maupun yang buah yang terserang menjadi rontok/ gugur. Kutu ini juga menyeranag ranting muda, kuncup bunga dan pucuk pucuk daun.Serangan berat pada subang/ umbi menjadi kriput, kering dan mati. Selanjutnya  adalah   ulat pemakan daun lymantriidae dari ordo Lepidoptera. Gejala serangan ulat ini mengakibatkan daun dan bunga Gladiol berlobang lobang. Ada kalanya ulat ini juga memakan bunga Gladiol. Insektisida yang dianjurkan untuk mengendalikan ulat ini  berbahan aktif Bacillus thuringiensis.

Mikroorganisme, hama,khewan dan organisme pengganggu tumbuhan lainnya dapat mengkomsumsi tanaman (bagian tanaman) yang menimbulkan kerugian secara ekonomis dan menyebabkan juga kematian tanaman. Tindakan pengamanan terhadap tanaman dari Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dapat dilakukan dengan berbagai tindakan yang bersifat preventif yaitu mencegah terjadinya serangan, tindakan supresif mengurangi tingkat serangan seminimal mungkin serta langkah eradikatif yaitu menghancurkan dan memusnahkan OPT serta tanaman itu sendiri .Tujuan pengendalian preventif untuk menghindari populasi hama maupun penyebaran penyakit pada tanaman agar tidak melebihi batas keseimbangan pada suatu lingkungan. Berikut ini beberapa contoh tindakan pengendalian secara preventif terhadap hama serangga hama tanaman bunga hias Gladiol seperti hama kutu putih, Pseudococcus sp. Dan ulat pemakan daun larva Lepidoptera Dengan  teknik pengendalian kultur teknis menggunakan  bibit/ benih tahan, pergiliran tanaman, pengaturan sistem tanam, sanitasi lingkungan serta management pengelolaan air  dengan UU No. 12/ 1992 tentang sistem budi daya tanaman, secara mekanis dengan membalik balikan tanah, merendam subang/ umbi dalam larutan insektisida berbahan aktif asefat, nikotin, triaofos dan kuinalfos. Secara teknik pengendalian supresif terhadap Thrips (Taeniothrips simplex), kutu putih Pseudococcus sp. Dengan penyiangan, menggunakan perangkap hama, menghilangkan embun tepung , kemudian secara hayati menggunakan pestisida botani daun nimba dan insektisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis, secara UU menggunakan UU No. 12/ 1992 tentang sistem budi daya tanaman, selanjutnya secara biologis kita menggunakan predator kepik, secara kimiawi kita menggunakan insektisida berbahan aktif asefat, nikotin, triazofos. Kita juga bisa menggunakan teknik pengendalian fisik/ mekanik dengan penyiangan dan penggunaan perangkap hama, menghilangkan embun tepung yang bisa mengundang semut (semut sebagai vektor), pengasapan membakar tempurung kelapa bercampur belerang atau bahan  kapur dan secara hayati menggunakan pestisida botanis seperti daun nimba, menggunakan pestisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis.Tindakan supresif bisa juga kita lakukan dengan UU No. 12/ 1992 tentang sistem budi daya tanaman, secara biologi menggunakan predator hama hama tanaman Gladiol, menggunakan pestisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis atau dengan pestisida botanis nimba yang mengandung bahan aktif Azadiraktin yang mampu memengaruhi daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, menghambat pembentukan serangga dewasa, menghambat perkawinan serangga, menghambat pembentukan khitin serangga. Kita juga bisa menggunakan pestisida botanis tanaman Mahoni dan bahan kapur. Kemudian dari pada itu dalam pengendalian hama hama tanaman Gladiol kita bisa menggunakan tindakan pengendalian secara Eradikatif.  Eradikasi dalam defenisi KBBI yaitu pemusnahan total bagian tanaman (sampai ke akar akarnya) yang terserang hama maupun penyakit. Eradikasi ini merupakan jalan pengendalian terakhir setelah dilakukannya tidakan pengendalian Preventif dan Supresif. Secara umum tindakan eradikasi merupakan pemusnaan tanaman budi daya yang terserang OPT.Metoda eradikasi diantaranya dengan mencabut tanaman secara menyeluruh untuk dimusnahkan baik dengan cara pembakaran (mekanik) dan pemberaan lahan serta rotasi tanaman (kultur teknis) (MSS).

 

Terima kasih atas Koemntar Anda. Ikuti terus kontens portal ini.