Warga Majalaya Keluhkan Limbah Darah Pasar Bingung

KABUPATEN BANDUNG (Pelitaindo.news) – Warga di Kampung Saparako, Desa Majalaya Kabupaten Bandung mengeluhkan adanya pembuangan limbah tempat potong ayam dan polusi pembakaran sampah. Limbah tersebut membuat aliran selokan dan saluran menuju sumur resapan warga ikut terdampak.

Pantauan wartawan tepatnya di belakang Pasar Bingung Majalaya, terdapat sejumlah tempat potong ayam yang membuang limbahnya ke selokan warga. Bahkan limbah tersebut juga dibuang ke saluran yang mengalir ke sumur resapan yang digunakan warga.

Ketua Karang Taruna Desa Majalaya Sunsun Nugraha (30) mengatakan, limbah yang dibuang tempat potong hewan tersebut yakni berupa darah dan bulu ayam. Warga pun mengeluhkan soal kondisi tersebut.

“Keluhan dari masyarakat yaitu terkait adanya terkait limbah cair yaitu, darah. Itu dihasilkan dari tempat potong ayam yang cukup lumayan besar. Kemudian yang keduanya adalah dari bulu ayam,” ujar Sunsun seperti dilansir detikjabar, Sabtu (9/7/2022).

Pihaknya menjelaskan dengan adanya limbah darah dan bulu ayam tersebut mencemari sumur resapan yang digunakan warga. Menurutnya dalam situasi banjir pun bulu ayam tersebut kerap ikut terbawa ke rumah warga.

“Dampaknya untuk darah sendiri itu kebetulan kita di belakang ada sumur resapan, yang airnya untuk digunakan ke warga setempat. Di sisi lain saluran tersebut sudah tercemari oleh darah ayam yang setiap harinya masuk ke saluran yang menuju sumur resapan,” katanya.

Dia menegaskan dari limbah darah dan bulu ayam tersebut membuat salah satu selokan tersendat. Bahkan, kata dia, hal tersebut bisa menyebabkan banjir.

“Betul (selokan tersendat), karena volume dari limbah bulu ayam yang volumenya cukup besar setiap hari, akhirnya selokan pun alirannya gak benar (tersendat). Jadi ketika hujan besar, karena selokannya enggak jalan, si air selokannya itu naik ke atas sampai si bulu ayamnya ikut naik dan masuk ke pemukiman warga,” ucapnya.

Sunsun mengaku tidak kapan potong hewan tersebut telah berdiri. Namun, kata dia, yang jelas keberadaanya telah lama.

“Saya tidak tahu persisnya tahun berapa, tapi ini sudah ada sejak belasan tahun yang lalu lah kira-kira,” kata Sunsun.

Selain adanya limbah dari tempat potong hewan, Dia mengungkapkan para warga pun mengeluhkan dengan adanya pembakaran sampah. Apalagi, kata dia, pembakaran tersebut dekat dengan rumah warga.

“Kita juga merasa keberatan ketika sampah yang diproduksi oleh pasar, dibakar dan menimbulkan asap yang cukup luar biasa. Kemudian asap itu berdampak ke masyarakat juga,” kata Sunsun.

Pihaknya bersama warga lainnya mengeluhkan dengan keberadaan pembakaran sampah tersebut. Bahkan saat ini terdapat satu rumah yang ditinggal oleh pemiliknya.

“Ya keberatan dengan polusi itu. Sampai ada satu rumah yang dikosongkan, karena sangat terdampak asap tersebut,” jelasnya.

Sunsun mengaku saat ini telah berusaha untuk berkoordinasi mengenai adanya permasalahan tersebut. Namun, menurutnya, hingga saat ini tidak mengalami penyelesaian.

“Saya sudah mencoba telah berkoordinasi dengan dinas terkait, dengan pengelola pasarnya juga. Memang sampai saat ini belum ada penyelesaian yang bisa signifikan. Ini kan masalahnya cukup urgensi, jika tidak ditangani secepatnya,” katanya.

Dia berharap permasalahan tersebut bisa segera teratasi. Apalagi, menurutnya, telah mencemari lingkungan.

“Kalau dari kami sebetulnya menginginkan lingkungan ini bisa lebih terjaga, bisa lebih bersih. Jika perlu kolaborasi, ya kolaborasikan bagaimana permasalahan ini terselesaikan,” pungkasnya.
(*)