Siapa Mafia Proyek Laptop Kemendikbudristek? #1

Oleh : Veronica 

Modusinvestigasi.Online, Jakarta – Dugaan terjadinya permainan dalam anggaran pengadaan laptop untuk anak didik pada tahun anggaran 2021 makin kentara. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, (Kemendikbud-Ristek) akhir-akhir ini menjadi sorotan publik terkait rencana pengadaan laptop buatan dalam negeri senilai Rp 3,7 triliun. Uang segitu akan digunakan untuk membeli laptop buatan lokal dengan jumlah 431.730 unit.

Dana sebesar Rp 3,7 triliun itu diambil dari anggaran Kemendikbud-ristek Rp 1,3 triliun dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Tahun 2021 sebesar Rp 2,4 triliun. Dana sebesar itu akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan 12.674 sekolah mulai dari jenjang SD, SMP, SMA, dan SLB. Rinciannya, untuk membeli 189.840 laptop, 12.674 access point, 12.674 konektor, 12.674 proyektor, dan 45 speaker.

Menanggapi kegaduhan tersebut, Dirjen Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto  akhirnya angkat bicara mengenai polemik pengadaan laptop merah putih.

Wikan menjelaskan, Kemendikbud-ristek hanya menyiapkan anggaran untuk pengadaan barang, bukan menentukan harga laptop per unitnya.

Wikan menyatakan terkait dengan harga laptop per unitnya akan menyesuaikan mekanisme pengadaan barang dan jasa melalui e-katalog sesuai dengan laptop tersebut.

“Untuk harga per unit itu menyesuaikan dengan mekanisme pengadaan di Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah (LKPP). Jadi harus dibedakan antara harga dan anggaran dan kita tidak nge-set harga, yang kita siapkan adalah anggaran,” kata Wikan.

Dia menuturkan, anggaran sebesar Rp 2,4 triliun itu bakal didistribusikan kepada pemerintah daerah sebagai dana alokasi khusus (DAK) fisik.

Wikan juga menyebut bahwa anggaran tersebut tidak hanya digunakan untuk membeli laptop saja, namun juga digunakan untuk belanja sarana Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

“Peruntukan anggaran itu bukan hanya untuk laptop. Satu laptop, terus untuk access point. Kalau enggak ada access point gimana internetnya nyambung, nanti jadi kaum dhuafa internet kalau enggak ada access point,” ujarnya.

Ditengah kondisi pandemi saat ini, ia melanjutkan, program laptop pelajar yang menggunakan Google Chromebook memang sangat dibutuhkan untuk memfasilitasi kegiatan belajar mengajar jarak jauh.