Banjarharjo, Minggu (3/12/2023)
Majlis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Banjarharjo Brebes, menyelenggarakan Pendidikan Dasar Kader Pengerak Nahdlatul Ulama (PD-PKPNU) ke-3 dengan jumlah peserta 72, laki-laki 46 orang dan perempuan 26 orang.
Dari jumlah peserta di atas, ternyata ada peserta yang suami dan istri ada 3 (tiga) pasang.
Pada sisi panitia, ada yang suami istri, yang selalu melayani kebutuhan peserta dan instruktur dengan sigap dan ramah. Ada juga suaminya menjadi panitia sedangkan istrinya sebagai peserta.
Demikian kondisi jumlah peserta yang ikut sampai selesai, selama 3 (tiga) hari, mulai hari jumat – Minggu, (1-3 Desember 2023) yang bertempat di MI/MTs Al-Falah Cihaur Banjarharjo.
Dari sekian peserta, menurut penulis ada salah satu peserta yang sangat menarik. Bukan karena berbeda dalam memakai baju, peci maupun sarung. Tetapi peserta yang satu ini, karena selalu tidak memakai alas kaki (nyeker) dalam setiap mengikuti materi, baik dalam kelas (ruangan) maupun di luar ruangan.
Peserta pria yang kelahiran 11 Desember tahun 1970. Asal Desa Cimunding Banjarharjo Brebes, di usia 52 tahun tidak menghalangi untuk ikut PD-PKPNU, yang telah rela meninggalkan kesibukan duniawinya.
Namun pada tahun 2023 ini, PD-PKPNU MWCNU Banjarharjo yang ke-3, beliau mewajibkan pada dirinya harus ikut, yang pada tahun-tahun sebelumnya masih sempat dan sangat sibuk dengan pekerjaannya, namun beliau tetap menyuruh anak dan istrinya untuk lebih dahulu mengikutinya.
Setelah penulis ada kesempatan bertemu, kemudian menanyakan tentang perilaku nyeker, peserta yang bernama Muhammad Abdul Wahib menjelaskan, bahwa ia telah melakukan nyeker sejak tahun 1989.
Lebih jauh Muhammad Abdul Wahib yang lebih terkenal dengan sebutan “Kyai Nyeker” mengakui bahwa dari nyeker tersebut banyak manfaat yang ia dapat, di samping sisi kesehatan dan juga finansial.
Ketika penulis menanyakaan lebih dalam tentang perjalanan nyekernya. Beliau mengatakan “Perilaku nyeker, tidak hanya dikampungnya saja, dalam urusan pemerintahan beliau tetap konsisten, baik di desa maupun di tingkat Kabupaten. Bahkan saat menjalankan ibadah Haji dan ibadah umrah di setiap tahun pun tetap nyeker pula.
Saat menjalankan ibadah haji, ternyata dari perilaku nyeker, beliau diberi kesempatan untuk menerapi orang
arab yang bernama Muhammad Isa Addobigi dan orang malaysia yang mukim di arab bernama Abdul Hakim. Sehingga dari jasa yang dilakukan, saat beribadah haji dapat untuk syukuran orang sekampung setelah pulangnya.
Nyeker yang dijalani dapat dikatakan sudah berumur 34 (tigapuluh empat) tahun. Dari pengamatan penulis telapak kakinya tidak melupas dan sama seperti orang pada umumnya, yang memakai sandal maupun sepatu.
Dalam kehidupan keseharianya, beliau tetap memiliki satu istri yang bernama Hj. Wiharti Zainab dan aktif dalam kegiatan Muslimat. Dari pernikahannya dikaruniai 3 (tiga) anan dan sekarang sudah memiliki 1 (satu) cucu.
Kyai nyeker juga mempunyai Majlis Ta’lim dirumahnya, bernama al-mubarok. Disamping ada usaha warung sembako yang dikelola oleh istrinya.
Hasil karya fenomenal, yang penulis dapatkan informasi dari perjuangan beliau adalah, telah melakukan bedah rumah sebanyak 3 (tiga) rumah, membangun masjid dan mushola, melakukan pengaspalan jalan utama masuk makam sepanjang 1.5 Km, pengerasan jalan (gang) masuk kampung, pembangunan gapura masjid, gapura masuk desa dan gapura makam yang tertulis Darul akhir aja dumeh.
Ketika penulis bertanya, uang dari mana? Pak Kyai nyeker hanya menjawab “tidak tahu”. Namun beliau menegaskan bahwa apa-apa yang beliau bangun tidak mengedarkan proposal, baik kepada masyarakat maupun pemerintah.
Sebagai tambahan informasi, ternyata dalam memuluskan pembangunan yang digawanginya, beliau menggunakan sistem metode “Kondangan.” Memanggil masyarat setempat melalu pengeras suara ditempat pembangunan.
Masyarakatpun menjawab panggilan tersebut dengan “Hayu Kondangan” sambil berduyun-duyun menghadiri kondangan, dengan membawa uang, beras, kopi, susu dan semua kebutuhan material serta makan minum tukang.
Inilah sosok kyai nyeker, peserta PDPKPNU MWCNU Banjarharjo, yang ternyata lebih terkenal sebutan Kyai nyeker dibandingkan nama aslinya KH. Muhammad Abdul Wahib Al-Mubarok dengan semboyan “Semangka” Semangat Karena Allah Subhanahu Wata’ala. Wallahu’ alam bishowab.
Lukmanrandusanga, Senin (4/12/2023)