Beranda Ekonomi & Wirausaha Menkeu Sri Mulyani Mendadak Sampaikan Kabar Tak Sedap, Sangat Serius

Menkeu Sri Mulyani Mendadak Sampaikan Kabar Tak Sedap, Sangat Serius

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani

JAKARTA (pelitaindo.news) – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani sampaikan kabar buruk soal kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sedang mengalami shock yang besar.

Menurutnya, gejolak ekonomi global membuat harga komoditas seperti minyak, pangan, hingga pupuk melonjak naik.

“Jika harga yang masuk ke Indonesia sudah melonjak, rakyat tentu saja tidak akan mampu untuk membayarnya,” ujar Sri Mulyani dalam Podkabs di YouTube Sekretariat Kabinet, Selasa (9/8).

Imbasnya, kata dia, APBN mau tak mau harus menyerap shock yang besar tersebut.

“Harga minyak naik, harga pangan naik, pupuk naik. Kalau harga minyak langsung masuk ke Indonesia melonjak, rakyat pasti enggak akan mampu. Makanya shock yang besar ini kita absorb,” ungkapnya.

Padahal, kata dia, untuk menjadi fiscal tools yang baik, APBN harus sehat.

Namun pada kenyataannya, APBN terkadang harus bekerja keras sebagaimana yang terjadi pada masa pandemi dua tahun ini.

Menurutnya, hal itu menjadi dilema lantaran APBN harus tetap sehat agar dapat melindungi rakyat dan ekonomi namun di sisi lain APBN terkadang perlu bekerja sangat keras untuk menjadi shock absorber.

Di samping itu, tantangan internal dalam melaksanakan APBN yaitu bagaimana Kementerian Keuangan harus mampu mengelola APBN.

Menkeu mengatakan dari sisi penerimaan seperti pajak, bea dan cukai, serta penerimaan negara bukan pajak (PNBP), harus bekerja sesuai dengan potensi ekonomi.

“Kalau ada potensi pajak ya memang harus diterima. Jangan sampai bocor, nggak boleh korupsi,” bebernya.

Demikian halnya dari sisi belanja kementerian/lembaga juga harus dilakukan secara baik.

Oleh karena itu, menurut dia tantangan internal dalam melaksanakan APBN yaitu desain yang baik dan eksekusi yang harus baik pula.

“Kita harus melihat kondisi ekonomi. Kita tidak boleh ‘Oh APBN harus begini’, kan tidak boleh begitu. Very dynamic apa yang disebut volatility itu juga harus kita bisa jaga,” pungkas Sri Mulyani. (kabardarimenkeu)

Terima kasih atas Koemntar Anda. Ikuti terus kontens portal ini.